Makalah Akidah Akhlak
Dalil Tentang Q.S. Az-Zumar [39]: 67-68
DISUSUN OLEH
1. Ahmad Husein Abdul Hamid
2. Ahmad Dzul Jalaali
3. Ahmad Shobirin Mukti
4. Gilang Akbar Hidayat
5. Gilang Eka Agustian
6. Hendra Saputra
7. Kelpin Dwi Amanda
8. Muhammad Shafa Zuhair Adinata
9. R.A Nursirwan
Guru Pembimbing
Tasmirah, S.Ag.
MTs Negeri Muara Enim
Tahun Ajaran 2016/2017
Tahun Ajaran 2016/2017
Kata Pengantar :
AssalamualaikumWarrahmatullahiWabarakatuh
Kami tidak lupa memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita
semua, sehingga makalah Akidah Akhlak tentang Surah Az-zumar Ayat [39]:67-68 Ini akhirnya dapat terselesaikan. Kami mohon
maaf kepada pembaca apabila ada penulisan yang kurang tepat dan tutur kata yang
tidak berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
kami mendapatkan amal jariyah karena Makalah ini . Aamiin.
Dalil Dan Terjemahan
Q.S Az-zumar [39] : 67-68
1. Q.S Az-zumar [39] : 67
![tulisan-arab-alquran-surat-az-zumar-ayat-671.jpg](file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
“wamaa
qadaruu allaaha haqqa qadrihi waal-ardhu jamii’an qabdhatuhu yawma alqiyaamati
waalssamaawaatu mathwiyyaatun biyamiinihi subhaanahu wata’aalaa ‘ammaa
yusyrikuuna”
Artinya
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah
dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya
pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan
dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
2. Q.S Az-zumar [39] : 68
![39_68.png](file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
“wanufikha fii
alshshuuri fasha’iqa man fii alssamaawaati waman fii al-ardhi illaa man syaa-a
allaahu tsumma nufikha fiihi ukhraa fa-idzaa hum qiyaamun yanzhuruuna”
Artinya
“Dan ditiuplah sangkakala, maka
matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing).”
Asbabun
Nuzul Q.S. Az-zumar ayat 67
Ayat Ini menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah
dan Hanya dialah yang berkuasa pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
–menurutnya, hadits ini shahih yang bersumber dari ‘Abbas bahwa seorang Yahudi
lewat di depan Nabi saw. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu (Islam), hai Abul
Qasim, tentang Allah yang meletakkan langit, bumi, air, serta gunung-gunung
seperti yang kita lihat sekarang ini?” Maka turunlah ayat ini (az-Zumar: 67)
yang menegaskan bahwa orang-orang Yahudi tidak menghormati Allah sebagaimana
mestinya, yaitu bahwa bumi dan langit ada di Tangan kekuasa Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari al Hasan bahwa pada suatu pagi kaum Yahudi memperhatikan dan menganalisis tentang kejadian langit, bumi, dan malaikat, lalu mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan keagungan Yang menciptakannya. Ayat ini (az-Zumar: 67) turun sebagai keterangan ihwal keagungan Allah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa kaum Yahudi memperbincangkan sifat Rabb tanpa menggunakan ilmu pengetahuan yang seharusnya. Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai keterangan bahwa bumi dan langin di bawah kekuasaan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari ar-Rabi’ bin Anas bahwa ketika turun ayat…wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardl…(… kursi Allah meliputi langit dan bumi…)(al-Baqoroh: 255), ada orang-orang yang bertanya: “Ya, Rasulullah, kursi itu (bentuknya) begini, lalu bagaimana dengan Arasy?” Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai gambaran bahwa Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari segala persamaan. Allah berfirman: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) yaitu orang-orang musyrik tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya ketika mereka menyembah selain Dia bersama-Nya. Dia Mahaagung, tidak ada sesuatupun yang lebih agung dari-Nya, Mahakuasa atas segala sesuatu Mahamemiliki segala sesuatu dan semuanya berada di bawah kekuasaan-Nya.
Mujahid berkata: “Ayat ini turun kepada orang Quraisy.” As-Suddi berkata: “Mereka tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya.” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada kekuasaan Allah terhadap mereka. Barangsiapa yang beriman bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, maka dia pasti mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya. Dan barangsiapa yang tidak beriman dengan hal itu, maka pasti dia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya.”Al-Bukhari meriwayatkan tentang firman Allah: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata: “Salah seorang pendeta datang kepada Rasulullah saw. datang dan berkata: “Ya Muhammad, sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah swt. menjadikan langit di satu jari-Nya dan bumi di satu jari-Nya, pohon di satu jari-Nya, maka Dia berfirman: ‘Akulah Raja.’ Lalu Rasulullah saw. tertawa, hingga tampak gigi gerahamnya karena membenarkan perkataan pendeta itu, kemudian Rasulullah saw. membaca: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi wal ardlu jamii’an qabdlatuHuu yaumal qiyaamati (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat”) al-Bukhari meriwayatkan pula selain pada tempat ini dalam shahihnya, juga Imam Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i di kitab tafsir dalam Sunan keduanya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari al Hasan bahwa pada suatu pagi kaum Yahudi memperhatikan dan menganalisis tentang kejadian langit, bumi, dan malaikat, lalu mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan keagungan Yang menciptakannya. Ayat ini (az-Zumar: 67) turun sebagai keterangan ihwal keagungan Allah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa kaum Yahudi memperbincangkan sifat Rabb tanpa menggunakan ilmu pengetahuan yang seharusnya. Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai keterangan bahwa bumi dan langin di bawah kekuasaan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari ar-Rabi’ bin Anas bahwa ketika turun ayat…wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardl…(… kursi Allah meliputi langit dan bumi…)(al-Baqoroh: 255), ada orang-orang yang bertanya: “Ya, Rasulullah, kursi itu (bentuknya) begini, lalu bagaimana dengan Arasy?” Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai gambaran bahwa Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari segala persamaan. Allah berfirman: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) yaitu orang-orang musyrik tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya ketika mereka menyembah selain Dia bersama-Nya. Dia Mahaagung, tidak ada sesuatupun yang lebih agung dari-Nya, Mahakuasa atas segala sesuatu Mahamemiliki segala sesuatu dan semuanya berada di bawah kekuasaan-Nya.
Mujahid berkata: “Ayat ini turun kepada orang Quraisy.” As-Suddi berkata: “Mereka tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya.” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada kekuasaan Allah terhadap mereka. Barangsiapa yang beriman bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, maka dia pasti mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya. Dan barangsiapa yang tidak beriman dengan hal itu, maka pasti dia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya.”Al-Bukhari meriwayatkan tentang firman Allah: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata: “Salah seorang pendeta datang kepada Rasulullah saw. datang dan berkata: “Ya Muhammad, sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah swt. menjadikan langit di satu jari-Nya dan bumi di satu jari-Nya, pohon di satu jari-Nya, maka Dia berfirman: ‘Akulah Raja.’ Lalu Rasulullah saw. tertawa, hingga tampak gigi gerahamnya karena membenarkan perkataan pendeta itu, kemudian Rasulullah saw. membaca: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi wal ardlu jamii’an qabdlatuHuu yaumal qiyaamati (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat”) al-Bukhari meriwayatkan pula selain pada tempat ini dalam shahihnya, juga Imam Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i di kitab tafsir dalam Sunan keduanya.
Asbabun Nuzul Q.S. Az-zumar ayat 68
Allah memberikan kabar tentang
huru-hara hari kiamat serta ayat-ayat [tanda-tanda] yang besar dan
goncangan-goncangan dahsyat yang terjadi di saat itu.
Firman-Nya: wanufikha fishshuuri man fis samaawaati wa man fil ardli illaa man syaa-allaaHu (“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah,”) tiupan ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan kematian, dimana penghuni langit dan bumi yang hidup akan mati, kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah. Sebagaimana telah datang penegasan dan penafsirannya di dalam hadits sangkakala yang masyhur. Kemudian ruh-ruh sisa makhluk-Nya digenggam, hingga makhluk yang mati paling akhir adalah malaikat Maut dan sendirilah Rabb Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri sendiri, Yang Mahaawal dan Dia pula Yang Mahakekal pada akhirnya selama-lamanya.
Firman-Nya: wanufikha fishshuuri man fis samaawaati wa man fil ardli illaa man syaa-allaaHu (“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah,”) tiupan ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan kematian, dimana penghuni langit dan bumi yang hidup akan mati, kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah. Sebagaimana telah datang penegasan dan penafsirannya di dalam hadits sangkakala yang masyhur. Kemudian ruh-ruh sisa makhluk-Nya digenggam, hingga makhluk yang mati paling akhir adalah malaikat Maut dan sendirilah Rabb Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri sendiri, Yang Mahaawal dan Dia pula Yang Mahakekal pada akhirnya selama-lamanya.
Imam Ahmad meriwayatkan, Muhammad
bin Ja’far bercerita kepada kami, Syu’bah bercerita kepada kami, bahwa an-Nu’man
bin Salim berkata: Aku mendengar Ya’kub bin ‘Ashim bin ‘Urwah bin Mas’ud
berkata: Aku mendengar seorang laki-laki berkata kepada ‘Abdullah bin ‘Amr:
Sesungguhnya engkau berkata: “Hari Kiamat terjadi hinggi begini dan begitu.”
Dia berkata: “Aku berkeinginan untuk tidak menceritakan sedikitpun kepada
kalian. Aku hanya mengatakan bahwa sebentar lagi kalian akan melihat perkara
besar.” Kemudian Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Dajjal
akan keluar kepada umatku, lalu tinggal di tengah-tengah mereka selama 40, aku
tidak tahu apakah 40 hari, 40 bulan, 40 tahun atau 40 malam. Lalu Allah
mengutus ‘Isa bin Maryam a.s. seakan-akan [seperti] ‘Urwah bin Mas’ud
ats-Tsaqifi, lalu dia menang dan Allah Ta’ala membinasakannya [dajjal].
Kemudian beliau tinggal selama tujuh tahun, dimana di antara dua orang tidak
ada permusuhan. Kemudian Allah Ta’ala mengirimkan angin yang dingin dari Syam,
dimana tidak ada seorangpun tersisa di dalam hatinya seberat dzarrah pun
keimanan, melainkan angin itu akan mewafatkannya. Sampai-sampai seandainya
salah seorang mereka berada di dalam gunung pun, pasti akan memasukinya.”
Penjelasan Q.S Az-zumar [39] : 67-68
1. Penjelasan
Q.S. Az-zumar [39]:67
Yakni orang-orang musyrik itu tidak
menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya karena mereka telah
menyembah selain-Nya bersama Dia. Padahal Allah Mahabesar, tiada yang lebih
besar daripada-Nya, lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang memiliki
(menguasai) segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berada di bawah takdir dan
kekuasaan-Nya.
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan sikap orang-orang Quraisy.
As-Saddi mengatakan, mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa
seandainya mereka mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya, tentulah
mereka tidak mendustakan-Nya.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka
tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67)
Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada kekuasaan Allah atas
diri mereka. Maka barang siapa yang beriman bahwa Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, berarti dia telah mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya. Dan barang siapa yang tidak beriman kepada hal tersebut, berarti
dia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.
Banyak hadis yang menerangkan makna
ayat ini, dan cara memahami ayat seperti ini dan yang semisal dengannya ialah
menurut pemahaman ulama Salaf. Yaitu memahaminya sesuai dengan apa adanya,
tetapi tanpa menggambarkannya dan tanpa menyimpangkannya.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan
pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) Bahwa telah menceritakan kepada
kami Adam, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Ibrahim,
dari Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa pernah
datang seorang pendeta Yahudi kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Hai
Muhammad, sesungguhnya kami menjumpai bahwa Allah Swt. menjadikan langit pada
satu jari tangan dan bumi pada satu jari tangan lainnya, dan pepohonan pada
satu jari tangan, dan air serta manusia pada satu jari tangan, sedangkan
makhluk lainnya pada satu jari tangan, lalu Allah berfirman, 'Aku adalah
raja'." Maka Rasulullah Saw. tertawa sehingga gigi seri beliau kelihatan
karena membenarkan ucapan pendeta Yahudi itu, kemudian Rasulullah Saw. membaca
firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggamannya pada hari
kiamat. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat.
Imam Bukhari meriwayatkan pula di
lain tempat pada kitab sahihnya, juga Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Turmuzi,
Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, bagian dari kitab sunnahnya masing-masing;
semuanya melalui Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Ubaidah,
dari Ibnu Mas'ud r.a. dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah r.a. yang menceritakan
bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., dia berasal dari Ahli
Kitab. Lalu lelaki itu bertanya, "Hai Abul Qasim, aku akan menceritakan
kepadamu bahwa Allah Swt. memikul semua makhluk di atas suatu jari, langit di
atas suatu jari, bumi di atas suatu jari, dan air serta manusia di atas suatu
jari." Maka Rasulullah Saw. tertawa hingga gigi serinya kelihatan; dan
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan
pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Al-A'masy
dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Husain ibnul Asyqar, telah menceritakan kepada kami
Abu Kadinah, dari Ata, dari Abud Duha, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan
bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang duduk, lalu si
Yahudi itu bertanya, "Hai Abul Qasim, bagaimanakah pendapatmu tentang
suatu hari (yang pada hari itu) Allah menjadikan langit di atas ini (seraya
memperagakan dengan jari telunjuknya), dan bumi di atas ini, dan gunung-gunung
di atas ini, dan semua makhluk di atas ini (pada masing-masingnya ia
memperagakannya dengan jari telunjuknya)." Lalu Allah menurunkan
firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Turmuzi di dalam kitab tafsir, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman
Ad-Darimi, dari Muhammad ibnus Silt, dari Abu Ja'far, dari Abu Kadinah alias
Yahya ibnul Muhallab, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Abud Duha Muslim ibnu Sabih
dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih garib,
kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui jalur ini.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
خَالِدِ بْنِ مُسَافِرٍ، عَنِ ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ: أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: يَقْبِضُ اللَّهُ
الْأَرْضَ، وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ،
أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ".
Kemudian Imam Bukhari mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Afir, telah menceritakan kepada kami
Al-Lais, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahmah ibnu Khalid ibnu Musafir,
dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, bahwa Abu Hurairah r.a.
pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah
menggenggam bumi dan menggulung langit dengan tangan kanan (kekuasaan)-Nya,
kemudian berfirman, "Akulah Raja, di manakah sekarang raja-raja bumi?”
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini
melalui jalur ini secara tunggal. Dan Imam Muslim meriwayatkannya dari jalur
lain.
قَالَ الْبُخَارِيُّ -فِي مَوْضِعٍ
آخَرَ-: حَدَّثَنَا مُقَدَّم بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي الْقَاسِمُ بْنُ
يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَرْضِينَ على إصبع، وتكون السموات بِيَمِينِهِ، ثُمَّ
يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ".
Imam Bukhari di tempat yang lain
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Muhammad, telah
menceritakan kepada kami pamanku Al-Qasim ibnu Yahya, dari Ubaidillah, dari
Nafi', dari Ibnu Umar r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
Allah Swt. menggenggam bumi pada hari kiamat dengan satu jari tangan-Nya, dan
langit dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Dia berfirman, "Akulah
Raja."
Imam Bukhari melalui jalur ini telah
meriwayatkannya secara tunggal pula; dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui
jalur lain.
Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis
ini melalui jalur lain dengan lafaz yang lebih panjang daripada ini. Untuk itu
ia mengatakan:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
طَلْحَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ ذَاتَ يَوْمٍ
عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا
قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّموَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَكَذَا بِيَدِهِ، يُحَرِّكُهَا يُقْبِلُ بِهَا
وَيُدْبِرُ: "يُمَجِّدُ الرَّبُّ نفسه: أنا الجبار، أنا المتكبر، أنا الْمَلِكُ،
أَنَا الْعَزِيزُ، أَنَا الْكَرِيمُ". فَرَجَفَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرُ حَتَّى قُلْنَا: لَيَخِرَّن بِهِ.
telah menceritakan kepada kami
Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan
kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu AbuTalhah, dari Ubaidillah ibnu Miqsam,
dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pada suatu hari
membaca ayat ini di atas mimbarnya, yaitu firman-Nya: Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya
dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan
kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Az-Zumar: 67) Dan Rasulullah Saw. memperagakannya dengan tangannya seraya
menggerakkannya ke arah depan dan ke belakang, lalu bersabda: Tuhan memuji
diri-Nya sendiri, "Akulah Tuhan Yang Mahaperkasa, Akulah Tuhan Yang
Mahabesar, Akulah Raja, Akulah Tuhan Yang Mahamulia.” Maka mimbar bergetar
menggoyangkan Rasulullah Saw. sehingga kami mengira mimbar itu akan terbalik
menjungkalkan Rasulullah Saw. (karena kuatnya getaran).
Imam Muslim dan Imam Nasai serta
Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan hadis ini melalui Abdul Aziz ibnu Abu Hazim;
Imam Muslim dan Ya'qub ibnu Abdur Rahman menambahkan, dari Abu Hazim, dari
Ubaidillah ibnu Miqsam, dari Ibnu Umar r.a. dengan sanad yang sama dan lafaz
yang semisal.
Menurut lafaz Imam Muslim, dari
Ubaidillah ibnu Miqsam, sehubungan dengan hadis ini disebutkan bahwa ia
memandang Abdullah ibnu Umar r.a. untuk melihat bagaimana Nabi Saw.
memperagakannya. Disebutkan bahwa Allah Swt. mengambil langit dan bumi dengan
tangan-Nya, lalu berfirman, "Akulah Raja." Dan Nabi Saw.
menggenggamkan jari jemarinya, lalu membukanya seraya bersabda, "Akulah Raja,"
sehingga aku (Ibnu Umar r.a.) melihat mimbar yang dinaiki Nabi Saw. seakan-akan
bergerak-gerak dimulai dari bagian bawahnya, hingga aku mengira bahwa apakah
mimbar akan terjatuh bersama Rasulullah Saw.
قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ سَيْفٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا
عَبَّادٌ المنْقرَي، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ قَالَ: حَدَّثَنَا
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] ، أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ
حَقَّ قَدْرِهِ} حَتَّى بَلَغَ: {سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} ،
فَقَالَ الْمِنْبَرُ هَكَذَا، فَجَاءَ وَذَهَبَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Al-Bazzar mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Saif, telah menceritakan kepada kami Abu
Ali Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Abbad Al-Minqari, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saw. membaca ayat berikut di atas mimbar, yaitu
firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya. (Az-Zumar: 67) sampai dengan firman-Nya: Mahasuci Tuhan dan
Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67) Maka mimbar
yang dinaiki oleh beliau Saw. itu bergerak sebanyak tiga kali; hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
Imam Al-Hafiz Abul Qasim alias
ImamTabrani telah meriwayatkannya melalu hadis Ubaid ibnu Umair, dari Abdullah
ibnu Amr r.a. dan Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini sahih.
ImamTabrani di dalam kitab Al-Mu
jamui Kabir-nya mengatakan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
مُعَاوِيَةَ العُتْبي، حَدَّثَنَا حَيَّانُ بْنُ نَافِعِ بْنِ صَخْرِ بْنِ
جُوَيْرِيَّةَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سَالِمٍ الْقَدَّاحُ، عَنْ مَعْمَرِ بْنِ
الْحَسَنِ، عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْس، عَنْ أَبِي شَيْبَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ
بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ جَرِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم لِنَفِرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ: "إِنِّي قَارِئٌ عَلَيْكُمْ آيَاتٍ
مِنْ آخِرِ سُورَةِ الزُّمَرِ، فَمَنْ بَكَى مِنْكُمْ وَجَبَتْ لَهُ
الْجَنَّةُ"؟ فَقَرَأَهَا مِنْ عِنْدِ قَوْلِهِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ
حَقَّ قَدْرِهِ} ، إِلَى آخِرِ السُّورَةِ، فَمِنَّا مَنْ بَكَى، وَمِنَّا مَنْ
لَمْ يَبْكِ، فَقَالَ الَّذِينَ لَمْ يَبْكُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ
جَهِدْنَا أَنْ نَبْكِيَ فَلَمْ نَبْكِ؟ فَقَالَ: "إِنِّي سَأَقْرَؤُهَا
عَلَيْكُمْ فَمَنْ لَمْ يَبْكِ فَلْيَتَبَاكَ".
telah menceritakan kepada kami Abdur
Rahman ibnu Mu'awiyah Al-Atabi, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu
Nafi', dari Sakhr ibnu Juwairiyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Salim Al-Qaddah, dari Ma'mar ibnul Hasan, dari Bakr ibnu Khunais, dari Abu
Syaibah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Jarir r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda kepada sejumlah orang dari sahabatnya: Sesungguhnya
aku akan membacakan kepada kalian beberapa ayat dari akhir surat Az-Zumar, maka
barang siapa di antara kalian yang menangis (karena mendengarnya), dipastikan
baginya surga. Lalu Rasulullah Saw. membaca firman-Nya mulai dari: Dan
mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar:
67) hingga akhir surat. Maka di antara kami ada yang menangis, ada pula yang
tidak menangis. Lalu orang-orang yang tidak menangis berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami telah berusaha sekuat tenaga untuk menangis,
tetapi tidak mau menangis juga." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
aku akan membacakannya kembali kepada kalian, maka barang siapa yang tidak
dapat menangis, hendaklah ia berpura-pura menangis.
Hadis ini garib (aneh)
sekali, dan lebih aneh lagi adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani pula
di dalam kitab Mu’jamul Kabirnya. Yaitu:
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مُرْثَد،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي
ضَمْضَمُ بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْحِ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أبي مالك الْأَشْعَرِيِّ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ
اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: ثَلَاثُ خِلَالٍ غَيَّبتُهُنَّ عَنْ عِبَادِي، لَوْ
رَآهُنَّ رَجُلٌ مَا عَمِلَ سُوءًا أَبَدًا: لَوْ كَشَفْتُ غِطَائِي فرآني حتى
نستيقن وَيَعْلَمَ كَيْفَ أَفْعَلُ بِخَلْقِي إِذَا أَتَيْتُهُمْ، وَقَبَضْتُ
السموات بِيَدِي، ثُمَّ قَبَضْتُ الْأَرْضَ وَالْأَرْضِينَ، ثُمَّ قُلْتُ: أَنَا
الْمَلِكُ، مَنْ ذَا الَّذِي لَهُ الْمُلْكُ دُونِي؟ ثُمَّ أَرَيْتُهُمُ
الْجَنَّةَ وَمَا أَعْدَدْتُ لَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ،
فَيَسْتَيْقِنُوهَا. وَأُرِيهِمُ النَّارَ وَمَا أَعْدَدْتُ لَهُمْ فِيهَا مِنْ
كُلِّ شَرٍّ فَيَسْتَيْقِنُوهَا، وَلَكِنْ عَمْدًا غَيَّبْتُ ذَلِكَ عَنْهُمْ
لِأَعْلَمَ كَيْفَ يَعْمَلُونَ، وَقَدْ بَيَّنْتُهُ لَهُمْ"
telah menceritakan kepada kami
Hasyim ibnu Murtsad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu
Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam
ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. berfirman,
"Ada tiga perkara yang sengaja Aku sembunyikan dari hamba-hamba-Ku;
seandainya seseorang melihatnya, tentulah dia tidak akan melakukan suatu
keburukan pun selamanya. Dan seandainya Aku singkapkan tabir penutup-Ku, lalu
ia melihat-Ku, tentulah ia merasa yakin dan mengetahui bagaimana yang Aku
lakukan terhadap makhluk-Ku. Yaitu ketika Aku datangkan mereka dan Aku genggam
langit dengan tangan-Ku, kemudian Aku genggam pula bumi, lalu Aku
berfirman, 'Akulah Raja, tiada yang memiliki kerajaan selain Aku.' Sekiranya
Kuperlihatkan kepada mereka surga dan semua kebaikan yang telah Kusediakan buat
mereka di dalamnya, maka barulah mereka meyakininya. Dan seandainya Aku
perlihatkan kepada mereka neraka dan semua keburukan yang ada di dalamnya yang
telah Kusediakan bagi mereka, maka barulah mereka meyakininya. Tetapi sengaja
Aku menyembunyikan semuanya itu dari mereka agar Aku dapat mengetahui (secara
nyata) apakah yang akan dikerjakan oleh mereka; dan Aku telah menjelaskannya
kepada mereka.”
Sanad hadis ini mutaqarib (yang
mempunyai banyak kemiripan) yang melaluinya sejumlah hadis yang cukup banyak
diriwayatkan; hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan, bahwa mereka
(kaum musyrik) tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya
bahkan mereka melakukan hal yang sebaliknya, yaitu menyekutukan-Nya dengan
sesuatu yang memiliki kekurangan baik pada sifat maupun perbuatannya (tidak
mampu memberi manfaat, menimpakan bahaya, memberi, menghalangi, dsb.) seperti
yang terjadi pada patung dan berhala. Mereka menyamakan makhluk yang memiliki
kekurangan itu dengan Khaliq (Pencipta) yang memiliki kesempurnaan dan keagungan,
dimana di antara keagungan-Nya adalah bahwa pada hari Kiamat bumi seluruhnya
dalam genggaman-Nya dan langit dengan keadaan yang luas dan besar akan digulung
dengan Tangan Kanan-Nya. Namun demikian, orang-orang musyrik itu tidak
mengagungkan-Nya dan berani menyekutukan-Nya. Di antara
peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat, dan penghisaban setiap manusia
terhadap amalnya.
2.Penjelasan Q.S. Az-zumar [39]:68
Ini adalah tiupan yang kedua, yaitu
tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit dan yang ada di
bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya,
sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Kemudian semua roh dicabut sehingga
yang paling akhir mati adalah malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan
Yang Mahakekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama
yang tiada awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya, kemudian Dia
berfirman:
{لِمَنِ
الْمُلْكُ الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada
hari ini? (Al-Mu’min: 16)
sebanyak tiga kali. Kemudian Allah
Swt. menjawab sendiri pertanyaan-Nya itu:
{لِلَّهِ
الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi
Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
Yakni hanya Aku sematalah Yang
mengalahkan segala sesuatu, dan Aku telah putuskan fana terhadap segala
sesuatu. Kemudian Allah menghidupkan makhluk-Nya, dan yang mula-mula Dia
hidupkan adalah Malaikat Israfil, lalu Dia memerintahkan kepadanya agar
melakukan tiupan lain pada sangkakala, yaitu tiupan yang ketiga alias tiupan
berbangkit. Allah Swt. telah berfirman:
{ثُمَّ نُفِخَ
فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ}
Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Az-Zumar: 68)
Yaitu mereka menjadi hidup kembali
yang sebelumnya masih berupa tulang belulang yang telah hancur berantakan, lalu
mereka menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi di hari kiamat. Seperti
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{فَإِنَّمَا
هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Sesungguhnya pengembalian itu
hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup
kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at:
13-14)
{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ
بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}
yaitu pada hari Dia memanggil
kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya dan kalian mengira
bahwa kamu tidak berdiam (di dalam
kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ
دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian
apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ
سَالِمٍ قَالَ: سمعت يَعْقُوبَ بْنَ عَاصِمِ بْنِ عُرْوَةَ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ:
سَمِعْتُ رَجُلًا قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: إِنَّكَ تَقُولُ:
السَّاعَةُ تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: لَقَدْ هَمَمْتُ أَلَّا
أُحَدِّثَكُمْ شَيْئًا، إِنَّمَا قُلْتُ: سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ أَمْرًا
عَظِيمًا. ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي، فَيَمْكُثُ
فِيهِمْ أَرْبَعِينَ-لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا
أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً -فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى
ابْنَ مَرْيَمَ، كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ، فَيَظْهَرُ
فَيُهْلِكُهُ اللَّهُ. ثُمَّ يَلْبَثُ النَّاسُ بَعْدَهُ سِنِينَ سَبْعًا لَيْسَ
بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ
الشَّامِ، فَلَا يَبْقَى أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ
إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ كَانَ فِي كَبِدِ جَبَلٍ
لَدَخَلَتْ عَلَيْهِ". قَالَ: سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ
الطَّيْرِ، وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا، وَلَا
يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا". قَالَ: "فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ
فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِالْأَوْثَانِ فَيَعْبُدُونَهَا،
وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارَّةٌ أَرْزَاقُهُمْ، حَسَنٌ عَيْشُهُمْ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِي
الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لَهُ، وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ
رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَهُ، فَيُصْعَقُ، ثُمَّ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا صُعِقَ.
ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ -أَوْ: يُنْزِلُ اللَّهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ-أَوِ
الظِّلُّ شَكَّ نُعْمَانُ -فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ. ثُمَّ يُنْفَخُ
فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَيُّهَا
النَّاسُ، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ: {وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ}
[الصَّافَّاتِ:24] ، قَالَ: "ثُمَّ يُقَالُ: أَخْرِجُوا بَعْثَ
النَّارِ". قَالَ: "فَيُقَالُ: كَمْ؟ فَيُقَالُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ
تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَيَوْمَئِذٍ تُبْعَثُ الْوِلْدَانُ شِيبًا،
وَيَوْمَئِذٍ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Ya'qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa ia pernah mendengar
seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Amr r.a., "Sesungguhnya
engkau mengatakan bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai ada anu dan
anu." Abdullah ibnu Amr menjawab, "Sesungguhnya aku telah berniat
tidak akan menceritakan kepada kalian sesuatu pun tentangnya. Sesungguhnya yang
pernah kukatakan hanyalah bahwa kelak tidak lama lagi kalian akan menyaksikan
peristiwa yang besar." Kemudian Abdullah ibnu Amr r.a. melanjutkan, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dajjal akan muncul di kalangan umatku dan
tinggal di kalangan mereka selama empat puluh —perawi tidak ingat apakah yang
dimaksud empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun,
ataukah empat puluh malam— Lalu Allah Swt. mengirimkan Isa putra Maryam a.s. seakan-akan
rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud As- Saqafi, lalu Isa mengalahkan Dajjal dan
Allah Swt. membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun
sesudah Isa, tanpa ada suatu persengketaan pun di antara dua orang. Kemudian
Allah mengirimkan suatu angin yang sejuk dari arah Syam, maka tiada seorang pun
yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar zarrah pun melainkan angin itu
mencabut nyawanya. Hingga sekalipun seseorang dari mereka sedang berada di
dalam sebuah gunung, niscaya angin itu menyusup ke dalamnya dan mengenainya. Abdullah
ibnu Amr menegaskan bahwa ia mendengarnya dari Rasulullah Saw., lalu ia
melanjutkan: Dan yang tertinggal adalah orang-orang yang jahat saja, gerakan
mereka sangat ringan seperti burung dan pikiran mereka seperti serigala; mereka
tidak mengenal hal yang makruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar. Abdullah
ibnu Amr melanjutkan: Maka setan menampakkan dirinya kepada mereka, lalu
berkata, "Ingatlah, kalian harus mengikuti perintahku!" Lalu setan
memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala, maka mereka menyembahnya.
Sedangkan mereka yang dalam keadaan demikian itu rezeki mereka berlimpah dan
penghidupan mereka membaik. Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tiada seorang
pun yang mendengarnya melainkan langsung mati saat itu juga dalam keadaan apa
pun. Dan mula-mula orang yang mendengarnya adalah seorang lelaki yang sedang
memlester kolamnya, maka ia mati. Dan tiada seorang pun melainkan mati.
Kemudian Allah Swt. mengirimkan atau menurunkan hujan yang rintik-rintik atau
hujan lebat —An-Nu'man alias perawi ragu—. Maka muncullah karenanya
jasad-jasad manusia. Kemudian sangkakala ditiup lagi, maka dengan serta merta
mereka berdiri melihat. Kemudian dikatakan, "Hai manusia, kemarilah kalian
menghadap kepada Tuhan kalian, dan berhentikanlah mereka, sesungguhnya mereka
akan dimintai pertanggungjawabannya." Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Kemudian
dikatakan (kepada para malaikat), "Bangkitkanlah golongan
orang-orang yang masuk neraka!" Ditanyakan, "Berapa jumlah mereka?” Dijawab,
"Dari setiap seribu orang adalah sembilan ratus sembilan puluh sembilan
orang.” Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan beruban, dan
pada hari itu betis disingkapkan.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya
meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).
Hadis Abu
Hurairah r.a.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا
عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ
قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ] عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَيْنَ
النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ". قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، أَرْبَعُونَ
يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أبي، قَالُوا:
أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، وَيَبْلَى كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الْإِنْسَانِ
إِلَّا عَجْبُ ذَنَبِهِ فِيهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Gayyas, telah menceritakan kepada
kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Abu Saleh mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah
r.a. menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tenggang
masa di antara dua tiupan adalah empat puluh. Mereka bertanya, "Hai
Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab, "Saya
tidak mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Apakah empat puluh
tahun?" Abu Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya."
Mereka bertanya, "Hai Abu Hurairah, apakah empat puluh bulan?" Abu
Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya. Dan segala sesuatu dari
manusia itu hancur kecuali tulang ekornya, karena darinya manusia diciptakan
kembali."
قَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عَيَّاشٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ جِبْرِيلَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، عَنْ
هَذِهِ الْآيَةِ: {وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ
فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ} مَنِ الَّذِينَ لَمْ يَشَأِ اللَّهُ أَنْ
يَصْعَقَهُمْ؟ قَالَ: هُمُ الشُّهَدَاءُ، مُقَلِّدُونَ أَسْيَافَهُمْ حَوْلَ
عَرْشِهِ، تَتَلَقَّاهُمْ مَلَائِكَةُ يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلَى الْمَحْشَرِ
بِنَجَائِبَ مِنْ يَاقُوتٍ نِمَارُهَا أَلْيَنُ مِنَ الْحَرِيرِ، مَدُّ خُطَاهَا
مَدُّ أَبْصَارِ الرِّجَالِ، يَسِيرُونَ فِي الْجَنَّةِ يَقُولُونَ عِنْدَ طُولِ
النُّزْهَةِ: انْطَلَقُوا بِنَا إِلَى رَبِّنَا، عَزَّ وَجَلَّ، لِنَنْظُرَ كَيْفَ
يَقْضِي بَيْنَ خَلْقِهِ، يَضْحَكُ إِلَيْهِمْ إِلَهِي، وَإِذَا ضَحِكَ إِلَى
عَبْدٍ فِي مَوْطِنٍ فلا حساب عليه".
Abu Ya'la mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Abul
Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Umar ibnu
Muhammad, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi
Saw. yang telah bersabda bahwa beliau pernah bertanya kepada Jibril a.s.
tentang firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit
dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Siapakah
yang dimaksud dengan orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam ayat
ini bahwa mereka tidak mati? Maka Jibril a.s. menjawab: Mereka adalah
para syuhada yang menyandang pedang-pedang mereka berada di sekitar 'Arasy;
para malaikat menjemput mereka pada hari kiamat untuk dibawa ke padang mahsyar
dengan unta kendaraan dari Yaqut yang pelarianya lebih lembut daripada kain
sutra, panjang langkahnya sama dengan sejauh jarak mata memandang; mereka
berjalan di dalam surga seraya mengatakan dalam pesiarnya itu, "Marilah
kita berangkat menuju kepada Tuhan kita, kita akan menyaksikan bagaimana Tuhan
kita memutuskan perkara di antara makhluk-Nya.” Tuhanku tertawa (rida) kepada
mereka; dan apabila Tuhanku rida kepada seseorang hamba di suatu tempat, maka
tidak ada hisab (perhitungan amal perbuatan) baginya.
Semua perawi hadis ini berpredikat siqah
kecuali gurunya Ismail ibnu Iyasy, karena orangnya tidak dikenal. Hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala
menakut-nakuti mereka dengan keagungan-Nya, maka Dia menakut-nakuti mereka
dengan keadaan pada hari Kiamat, mentargib (memberikan dorongan) dan mentarhib
mereka (menakut-nakuti).
Sangkakala adalah qarn (tanduk) yang
besar, tidak ada yang mengetahui besarnya kecuali Penciptanya dan makhluk yang
diberitahukan Allah, lalu malaikat Israfil alaihis salam meniupnya. Ia adalah
salah satu malaikat yang didekatkan, salah satu malaikat pemikul Arsy.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Karena begitu keras dan dahsyat
suara itu.
Yaitu orang-orang yang diteguhkan
Allah saat ditiup sangkakala sehingga tidak mati.
Yaitu tiupan kebangkitan.
Dalam keadaan sudah sempurna
fisiknya bersama ruhnya yang sebelumnya sebagai tulang belulang.
Kesimpulan
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan
semestinya padahal bumi berada dalam KendaliNya pada Hari Kebangkitan serta
langit digulung dengan Tangan kananNya, Dipermuliakanlah Tuhan serta Diluhurkan
Dia dibanding apapun yang mereka persekutukan,
Tatkala sangkakala ditiup, maka segala yang berada di langit maupun di bumi akan lenyap selain hal yang Allah kehendaki, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi sehingga tiba-tiba mereka bangun menanti; sehingga terang benderanglah bumi karena cahaya Tuhannya; kemudian diserahkan suatu Kitab serta dihadirkan para nabi juga para saksi sehingga diri mereka diperkarakan secara adil, sedang mereka tidak diperlakukan sewenang-wenang supaya digenapkan untuk setiap jiwa atas hal-hal yang telah ia usahakan, sungguh Dialah Yang Maha Memahami perkara yang mereka usahakan; orang-orang kafir digiring ke Jahanam secara bergolong-golongan, di saat mereka sampai ke Neraka dibukakan gerbang-gerbangnya lalu pengawas-pengawas mereka mengatakan: "Apakah belum pernah datang kepada kalian; para Utusan di antara kalian yang menyampaikan ayat-ayat Tuhan kalian kepada kalian maupun memperingatkan kepada kalian mengenai Pertemuan tentang Hari kalian?" mereka mengatakan: "Benar", tetapi telah pasti diberlakukan ketetapan Malapetaka terhadap golongan kafir, diserukan: "Masukilah gerbang-gerbang Jahanam itu, bahwa kalian disana selamanya" maka Jahanam itulah kediaman terburuk untuk golongan yang menyombongkan diri.
Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka dituntun ke dalam Surga secara bergolong-golongan pula maka ketika mereka sampai ke Surga itu, sedang pintu-pintunya terbuka sehingga penjaga-penjaganya mengucap kepada mereka: "Kesejahteraan untuk kalian, berbahagialah! bahwa kalian memasuki Surga ini serta kalian tinggal disana selamanya" kemudian mereka mengucapkan: "Terpujilah Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami serta yang telah mewariskan negeri ini untuk kami sehingga kami menempati Surga yang kami kehendaki; maka Surga merupakan upah terbaik untuk orang-orang yang bekerja" serta kamu akan melihat para malaikat mengitari Arsy, seraya memuliakan sambil memuja-muji Tuhan mereka; kemudian diberi putusan terhadap hamba-hamba Allah berdasar Kebenaran serta diucapkan: "Terpujilah Allah, Tuhannya semesta alam". Allah Telah membuat tanda tanda datangnya Hari Kiamat melalui surah Az-zumar ayat 67-68. Hari kiamat terjadi karena perbuatan manusia yang tidak mengagungkan Allah, Sehingga Allah murka. Allah SWT. Akan medatangkan Hari Kiamat di kemudian hari. Allah juga membuat tanda tanda Hari Kiamat melalui Surah Az-Zumar, salah satunya adalah ditiupnya sangkakala merupakan tanda terbesar terjadinya Hari Kiamat. Surat ini merupakan Peringatan yang besar bagi umat manusia agar manusia taat kepada Allah. orang-orang musyrik itu tidak menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya karena mereka telah menyembah selain-Nya bersama Dia. Padahal Allah Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya, lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang memiliki (menguasai) segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berada di bawah takdir dan kekuasaan-Nya. tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Tatkala sangkakala ditiup, maka segala yang berada di langit maupun di bumi akan lenyap selain hal yang Allah kehendaki, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi sehingga tiba-tiba mereka bangun menanti; sehingga terang benderanglah bumi karena cahaya Tuhannya; kemudian diserahkan suatu Kitab serta dihadirkan para nabi juga para saksi sehingga diri mereka diperkarakan secara adil, sedang mereka tidak diperlakukan sewenang-wenang supaya digenapkan untuk setiap jiwa atas hal-hal yang telah ia usahakan, sungguh Dialah Yang Maha Memahami perkara yang mereka usahakan; orang-orang kafir digiring ke Jahanam secara bergolong-golongan, di saat mereka sampai ke Neraka dibukakan gerbang-gerbangnya lalu pengawas-pengawas mereka mengatakan: "Apakah belum pernah datang kepada kalian; para Utusan di antara kalian yang menyampaikan ayat-ayat Tuhan kalian kepada kalian maupun memperingatkan kepada kalian mengenai Pertemuan tentang Hari kalian?" mereka mengatakan: "Benar", tetapi telah pasti diberlakukan ketetapan Malapetaka terhadap golongan kafir, diserukan: "Masukilah gerbang-gerbang Jahanam itu, bahwa kalian disana selamanya" maka Jahanam itulah kediaman terburuk untuk golongan yang menyombongkan diri.
Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka dituntun ke dalam Surga secara bergolong-golongan pula maka ketika mereka sampai ke Surga itu, sedang pintu-pintunya terbuka sehingga penjaga-penjaganya mengucap kepada mereka: "Kesejahteraan untuk kalian, berbahagialah! bahwa kalian memasuki Surga ini serta kalian tinggal disana selamanya" kemudian mereka mengucapkan: "Terpujilah Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami serta yang telah mewariskan negeri ini untuk kami sehingga kami menempati Surga yang kami kehendaki; maka Surga merupakan upah terbaik untuk orang-orang yang bekerja" serta kamu akan melihat para malaikat mengitari Arsy, seraya memuliakan sambil memuja-muji Tuhan mereka; kemudian diberi putusan terhadap hamba-hamba Allah berdasar Kebenaran serta diucapkan: "Terpujilah Allah, Tuhannya semesta alam". Allah Telah membuat tanda tanda datangnya Hari Kiamat melalui surah Az-zumar ayat 67-68. Hari kiamat terjadi karena perbuatan manusia yang tidak mengagungkan Allah, Sehingga Allah murka. Allah SWT. Akan medatangkan Hari Kiamat di kemudian hari. Allah juga membuat tanda tanda Hari Kiamat melalui Surah Az-Zumar, salah satunya adalah ditiupnya sangkakala merupakan tanda terbesar terjadinya Hari Kiamat. Surat ini merupakan Peringatan yang besar bagi umat manusia agar manusia taat kepada Allah. orang-orang musyrik itu tidak menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya karena mereka telah menyembah selain-Nya bersama Dia. Padahal Allah Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya, lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang memiliki (menguasai) segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berada di bawah takdir dan kekuasaan-Nya. tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Kemudian semua roh dicabut sehingga
yang paling akhir mati adalah malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan
Yang Mahakekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama
yang tiada awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya
Di dalam Al Qur'an,
Allah menyatakan bahwa Dia telah memberikan berbagai mukjizat kepada nabinabi.
Ketika Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya, misalnya, tongkat itu berubah
menjadi ular dan ketika dia memukul laut dengan tongkatnya, laut itu terbagi
menjadi dua, meninggalkan sebuah jalan kering di tengahnya. Nabi ‘Isa AS datang
ke dunia tanpa seorang ayah dan berbicara sewaktu dia masih berada dalam
buaian. Mukjizat lainnya adalah cara dia mampu menyembuhkan orang sakit ....
Seluruh mukjizat adalah dukungan dan bantuan yang diberikan kepada para nabi
tersebut, atas kehendak Allah, untuk meyakinkan masyarakat dan menuntun untuk
mengimani para nabi. Allah menolong Nabi Muhammad SAW melalui mukjizat di dalam
Al Qur’an dan dengan informasi yang diberikan kepadanya mengenai berbagai hal
yang tidak diketahui. Rasulullah memberikan keterangan yang mendalam tentang
apa yang akan terjadi dalam waktu dekat dan akan datang. Melihat hal ini
benar-benar terjadi menjadi sarana penambah kegembiraan orang-orang beriman dan
membuat panas hati orang-orang kafir atas Islam. Berbagai peristiwa yang tidak
mungkin terjadi pada masanya sendiri, dan tidak seorang pun bahkan dapat
membayangkan, dan justru terjadi saat ini satu per satu, merupakan bukti nyata
bahwa Nabi SAW telah menyampaikan sabda tentang pengetahuan yang khusus. Kita
harus tegaskan bahwa mereka yang menolak untuk dituntun ke arah jalan yang
benar akan menolak untuk beriman, walaupun ada bukti yang jelas dan mukjizat
Rasulullah SAW dan Al Qur’an
Allah swt. menciptakan alam lain yang disebutnya Alam Akhira
t. Di situlah makhluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi
setelah mereka mati, ruhnya dikembalikan dalam tubuhnya dan dengan demikian
mereka akan mengalami kehidupan yang kedua kalinya. Setelah dibangkitkan
(diba'ats) lalu setiap jiwa akan dihisab (dipertunjukkan) seluruh amal yang
berupa kebaikan dan krluirukan, maka barang siapa yang kebaikannya melebihi
keburukannya, tentunya oleh Allah Ta'ala akan dimasukkan dalam surga, sedang
barang siapa yang keburukannya lebih banyak dari kebaikannya, maka akan dimasukkan
ke dalam neraka.
Keadaan pada hari kiamat itu penuh
bahaya dan krsengsaraan yang mengerikan, kecuali bagi orang yang brriman.
Keadaan yang sangat berbahaya itu (pada hari kiamat) wajib kita imani, artinya
percaya bahwa akan terjadi keadaan yang demikian itu, kemudian sadar akan
tergugah hatinya mengerjakan iman, ibadah dan amal saleh. Iman dan amal saleh
itulah penyebab utama bagi keselamatan orang dari bahaya-bahaya yang dahsyat
pada hari kiamat dan dari siksa neraka. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengerti atau tidak mau mengerti dan tidak percaya, ada juga yang mendustakan
sama sekali. Atau ada pula kepercayaannya setengah-setengah, terbukti dengan
adanya perbuatan-perbuatan mereka yang menjurus ke arah perbuatan menurutkan
kemauan nafsunya, bahkan berani melanggar larangan-larangan dan meninggalkan
yang wajib, tidak mau bersiap-siap untuk bekalnya di akhirat dan bekal untuk
bepergian yang amat jauh menempuh perjalanan beribu-ribu tahun, yang akan
berakhir di tempat yang menguntungkan dan menggembirakan ialah surga dan
mungkin sampai di tempat yang berbahaya ialah Neraka Jahanam.
![](file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
Adapun sebab-sebabnya manusia kurang atau tidak percaya
adanya hari kiamat itu, karena di dunia ini tidak ada contoh-contoh yang sama
dengan keadaan di akhirat. Seumpama di dunia ini tidak ada bukti-bukti yang
nyata yaitu lahirnya bayi atau anak binatang dari perut ibunya atau induk
semangnya, kemudian dikatakan bahwa di sana ada Dzat Yang Maha Kuasa yang
membuat keadaan semacam itu, niscaya manusia lebih membohongkan daya hari
kiamat. Allah berfirman dalam surat Al-Qiyämah (75) ayat 36 - 40 yang berbunyi:
Artinya: "Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia mulanya hanya setetes mani
yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang
melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Dia menjadikan
darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat)
demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?"
Percaya kepada hari akhir merupakan salah satu rukun atau
sendi dari rukun iman, akar dan merupakan bagian pokok dari aqidah, bahkan
sebagai unsur terpenting di samping kepercayaan kepada Allah Ta'ala.
Yang demikian itu sebabnya ialah karena percaya kepada Allah
Ta'ala akan dapat meyakinkan sumber pertama yang dari padanya itulah timbul
segala yang ada di alam semesta ini, sedang percaya kepada hari kiamat akan
dapat meyakinkan bagaimana kejadian yang terakhir bagi segenap makhluk yang
pernah ada.
Dari
surah Az-Zumar ayat 67-68 dapat diambil pelajaran sebagai berikut:
1.
Al-Quran adalah petunjuk yang paling
sempurna bagi manusia.
2.
Setiap makhluk akan mati dan di
akhirat akan dihisab tentang amalan-amalannya.
3.
Sekalipun manusia itu banyak
dosanya, dilarang berputus-asa terhadap rahmat Allah.