Makalah Akidah Akhlak Dalil Tentang Q.S. Az-Zumar [39]: 67-68 || Asbabun Nuzul dan Kesimpulan Surah Az Zumar

Makalah Akidah Akhlak
Dalil Tentang  Q.S. Az-Zumar [39]: 67-68




DISUSUN OLEH

1.    Ahmad Husein Abdul Hamid
2.    Ahmad Dzul Jalaali
3.    Ahmad Shobirin Mukti
4.    Gilang Akbar Hidayat
5.    Gilang Eka Agustian
6.    Hendra Saputra
7.    Kelpin Dwi Amanda
8.    Muhammad Shafa Zuhair Adinata
9.  R.A Nursirwan





Guru Pembimbing
Tasmirah, S.Ag.



MTs Negeri Muara Enim
Tahun Ajaran 2016/2017

Kata Pengantar :


AssalamualaikumWarrahmatullahiWabarakatuh

Kami tidak lupa memanjatkan puji syukur kepada  Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga makalah Akidah Akhlak tentang Surah Az-zumar Ayat  [39]:67-68 Ini akhirnya dapat terselesaikan. Kami mohon maaf kepada pembaca apabila ada penulisan yang kurang tepat dan tutur kata yang tidak berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga kami mendapatkan amal jariyah karena Makalah ini . Aamiin.

























Dalil Dan Terjemahan Q.S Az-zumar [39] : 67-68
1.    Q.S Az-zumar [39] : 67

tulisan-arab-alquran-surat-az-zumar-ayat-671.jpg
wamaa qadaruu allaaha haqqa qadrihi waal-ardhu jamii’an qabdhatuhu yawma alqiyaamati waalssamaawaatu mathwiyyaatun biyamiinihi subhaanahu wata’aalaa ‘ammaa yusyrikuuna”
Artinya
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

2.    Q.S Az-zumar [39] : 68

39_68.png

“wanufikha fii alshshuuri fasha’iqa man fii alssamaawaati waman fii al-ardhi illaa man syaa-a allaahu tsumma nufikha fiihi ukhraa fa-idzaa hum qiyaamun yanzhuruuna”
Artinya
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”


                                                    Asbabun Nuzul Q.S. Az-zumar ayat 67
Ayat Ini menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah dan Hanya dialah yang berkuasa pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi –menurutnya, hadits ini shahih yang bersumber dari ‘Abbas bahwa seorang Yahudi lewat di depan Nabi saw. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu (Islam), hai Abul Qasim, tentang Allah yang meletakkan langit, bumi, air, serta gunung-gunung seperti yang kita lihat sekarang ini?” Maka turunlah ayat ini (az-Zumar: 67) yang menegaskan bahwa orang-orang Yahudi tidak menghormati Allah sebagaimana mestinya, yaitu bahwa bumi dan langit ada di Tangan kekuasa Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari al Hasan bahwa pada suatu pagi kaum Yahudi memperhatikan dan menganalisis tentang kejadian langit, bumi, dan malaikat, lalu mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan keagungan Yang menciptakannya. Ayat ini (az-Zumar: 67) turun sebagai keterangan ihwal keagungan Allah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa kaum Yahudi memperbincangkan sifat Rabb tanpa menggunakan ilmu pengetahuan yang seharusnya. Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai keterangan bahwa bumi dan langin di bawah kekuasaan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari ar-Rabi’ bin Anas bahwa ketika turun ayat…wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardl…(… kursi Allah meliputi langit dan bumi…)(al-Baqoroh: 255), ada orang-orang yang bertanya: “Ya, Rasulullah, kursi itu (bentuknya) begini, lalu bagaimana dengan Arasy?” Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai gambaran bahwa Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari segala persamaan.
Allah berfirman: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) yaitu orang-orang musyrik tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya ketika mereka menyembah selain Dia bersama-Nya. Dia Mahaagung, tidak ada sesuatupun yang lebih agung dari-Nya, Mahakuasa atas segala sesuatu Mahamemiliki segala sesuatu dan semuanya berada di bawah kekuasaan-Nya.
Mujahid berkata: “Ayat ini turun kepada orang Quraisy.” As-Suddi berkata: “Mereka tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya.” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada kekuasaan Allah terhadap mereka. Barangsiapa yang beriman bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, maka dia pasti mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya. Dan barangsiapa yang tidak beriman dengan hal itu, maka pasti dia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya.”Al-Bukhari meriwayatkan tentang firman Allah: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.”) bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata: “Salah seorang pendeta datang kepada Rasulullah saw. datang dan berkata: “Ya Muhammad, sesungguhnya kami mendapati bahwa Allah swt. menjadikan langit di satu jari-Nya dan bumi di satu jari-Nya, pohon di satu jari-Nya, maka Dia berfirman: ‘Akulah Raja.’ Lalu Rasulullah saw. tertawa, hingga tampak gigi gerahamnya karena membenarkan perkataan pendeta itu, kemudian Rasulullah saw. membaca: wamaa qadarullaaHa haqqa qadriHi wal ardlu jamii’an qabdlatuHuu yaumal qiyaamati (“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat”) al-Bukhari meriwayatkan pula selain pada tempat ini dalam shahihnya, juga Imam Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i di kitab tafsir dalam Sunan keduanya.
                                         
 Asbabun Nuzul Q.S. Az-zumar ayat 68
Allah memberikan kabar tentang huru-hara hari kiamat serta ayat-ayat [tanda-tanda] yang besar dan goncangan-goncangan dahsyat yang terjadi di saat itu.
Firman-Nya: wanufikha fishshuuri man fis samaawaati wa man fil ardli illaa man syaa-allaaHu (“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah,”) tiupan ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan kematian, dimana penghuni langit dan bumi yang hidup akan mati, kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah. Sebagaimana telah datang penegasan dan penafsirannya di dalam hadits sangkakala yang masyhur. Kemudian ruh-ruh sisa makhluk-Nya digenggam, hingga makhluk yang mati paling akhir adalah malaikat Maut dan sendirilah Rabb Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri sendiri, Yang Mahaawal dan Dia pula Yang Mahakekal pada akhirnya selama-lamanya.
Imam Ahmad meriwayatkan, Muhammad bin Ja’far bercerita kepada kami, Syu’bah bercerita kepada kami, bahwa an-Nu’man bin Salim berkata: Aku mendengar Ya’kub bin ‘Ashim bin ‘Urwah bin Mas’ud berkata: Aku mendengar seorang laki-laki berkata kepada ‘Abdullah bin ‘Amr: Sesungguhnya engkau berkata: “Hari Kiamat terjadi hinggi begini dan begitu.” Dia berkata: “Aku berkeinginan untuk tidak menceritakan sedikitpun kepada kalian. Aku hanya mengatakan bahwa sebentar lagi kalian akan melihat perkara besar.” Kemudian Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Dajjal akan keluar kepada umatku, lalu tinggal di tengah-tengah mereka selama 40, aku tidak tahu apakah 40 hari, 40 bulan, 40 tahun atau 40 malam. Lalu Allah mengutus ‘Isa bin Maryam a.s. seakan-akan [seperti] ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqifi, lalu dia menang dan Allah Ta’ala membinasakannya [dajjal]. Kemudian beliau tinggal selama tujuh tahun, dimana di antara dua orang tidak ada permusuhan. Kemudian Allah Ta’ala mengirimkan angin yang dingin dari Syam, dimana tidak ada seorangpun tersisa di dalam hatinya seberat dzarrah pun keimanan, melainkan angin itu akan mewafatkannya. Sampai-sampai seandainya salah seorang mereka berada di dalam gunung pun, pasti akan memasukinya.”
















Penjelasan Q.S Az-zumar [39] : 67-68
1.    Penjelasan Q.S. Az-zumar [39]:67

Yakni orang-orang musyrik itu tidak menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya karena mereka telah menyembah selain-Nya bersama Dia. Padahal Allah Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya, lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang memiliki (menguasai) segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berada di bawah takdir dan kekuasaan-Nya.
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap orang-orang Quraisy.
As-Saddi mengatakan, mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa seandainya mereka mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya, tentulah mereka tidak mendustakan-Nya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada kekuasaan Allah atas diri mereka. Maka barang siapa yang beriman bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, berarti dia telah mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Dan barang siapa yang tidak beriman kepada hal tersebut, berarti dia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.
Banyak hadis yang menerangkan makna ayat ini, dan cara memahami ayat seperti ini dan yang semisal dengannya ialah menurut pemahaman ulama Salaf. Yaitu memahaminya sesuai dengan apa adanya, tetapi tanpa menggambarkannya dan tanpa menyimpangkannya.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) Bahwa telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa pernah datang seorang pendeta Yahudi kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya kami menjumpai bahwa Allah Swt. menjadikan langit pada satu jari tangan dan bumi pada satu jari tangan lainnya, dan pepohonan pada satu jari tangan, dan air serta manusia pada satu jari tangan, sedangkan makhluk lainnya pada satu jari tangan, lalu Allah berfirman, 'Aku adalah raja'." Maka Rasulullah Saw. tertawa sehingga gigi seri beliau kelihatan karena membenarkan ucapan pendeta Yahudi itu, kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman­nya pada hari kiamat. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat.
Imam Bukhari meriwayatkan pula di lain tempat pada kitab sahihnya, juga Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Turmuzi, Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, bagian dari kitab sunnahnya masing-masing; semuanya melalui Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Ubaidah, dari Ibnu Mas'ud r.a. dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., dia berasal dari Ahli Kitab. Lalu lelaki itu bertanya, "Hai Abul Qasim, aku akan menceritakan kepadamu bahwa Allah Swt. memikul semua makhluk di atas suatu jari, langit di atas suatu jari, bumi di atas suatu jari, dan air serta manusia di atas suatu jari." Maka Rasulullah Saw. tertawa hingga gigi serinya kelihatan; dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul Asyqar, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata, dari Abud Duha, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang duduk, lalu si Yahudi itu bertanya, "Hai Abul Qasim, bagaimanakah pendapatmu tentang suatu hari (yang pada hari itu) Allah menjadikan langit di atas ini (seraya memperagakan dengan jari telunjuknya), dan bumi di atas ini, dan gunung-gunung di atas ini, dan semua makhluk di atas ini (pada masing-masingnya ia memperagakannya dengan jari telunjuknya)." Lalu Allah menurunkan firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam kitab tafsir, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Ad-Darimi, dari Muhammad ibnus Silt, dari Abu Ja'far, dari Abu Kadinah alias Yahya ibnul Muhallab, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Abud Duha Muslim ibnu Sabih dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui jalur ini.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدِ بْنِ مُسَافِرٍ، عَنِ ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ: أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: يَقْبِضُ اللَّهُ الْأَرْضَ، وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ".
Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Afir, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahmah ibnu Khalid ibnu Musafir, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah menggenggam bumi dan menggulung langit dengan tangan kanan (kekuasaan)-Nya, kemudian berfirman, "Akulah Raja, di manakah sekarang raja-raja bumi?”
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui jalur ini secara tunggal. Dan Imam Muslim meriwayatkannya dari jalur lain.
قَالَ الْبُخَارِيُّ -فِي مَوْضِعٍ آخَرَ-: حَدَّثَنَا مُقَدَّم بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي الْقَاسِمُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَرْضِينَ على إصبع، وتكون السموات بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ".
Imam Bukhari di tempat yang lain mengatakan, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami pamanku Al-Qasim ibnu Yahya, dari Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. menggenggam bumi pada hari kiamat dengan satu jari tangan-Nya, dan langit dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Dia berfirman, "Akulah Raja."
Imam Bukhari melalui jalur ini telah meriwayatkannya secara tunggal pula; dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur lain.
Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dengan lafaz yang lebih panjang daripada ini. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّموَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَكَذَا بِيَدِهِ، يُحَرِّكُهَا يُقْبِلُ بِهَا وَيُدْبِرُ: "يُمَجِّدُ الرَّبُّ نفسه: أنا الجبار، أنا المتكبر، أنا الْمَلِكُ، أَنَا الْعَزِيزُ، أَنَا الْكَرِيمُ". فَرَجَفَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرُ حَتَّى قُلْنَا: لَيَخِرَّن بِهِ.
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu AbuTalhah, dari Ubaidillah ibnu Miqsam, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pada suatu hari membaca ayat ini di atas mimbarnya, yaitu firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67) Dan Rasulullah Saw. memperagakannya dengan tangannya seraya menggerakkannya ke arah depan dan ke belakang, lalu bersabda: Tuhan memuji diri-Nya sendiri, "Akulah Tuhan Yang Mahaperkasa, Akulah Tuhan Yang Mahabesar, Akulah Raja, Akulah Tuhan Yang Mahamulia.” Maka mimbar bergetar menggoyangkan Rasulullah Saw. sehingga kami mengira mimbar itu akan terbalik menjungkalkan Rasulullah Saw. (karena kuatnya getaran).
Imam Muslim dan Imam Nasai serta Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan hadis ini melalui Abdul Aziz ibnu Abu Hazim; Imam Mus­lim dan Ya'qub ibnu Abdur Rahman menambahkan, dari Abu Hazim, dari Ubaidillah ibnu Miqsam, dari Ibnu Umar r.a. dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Menurut lafaz Imam Muslim, dari Ubaidillah ibnu Miqsam, sehubungan dengan hadis ini disebutkan bahwa ia memandang Abdullah ibnu Umar r.a. untuk melihat bagaimana Nabi Saw. memperagakannya. Disebutkan bahwa Allah Swt. mengambil langit dan bumi dengan tangan-Nya, lalu berfirman, "Akulah Raja." Dan Nabi Saw. menggenggamkan jari jemarinya, lalu membukanya seraya bersabda, "Akulah Raja," sehingga aku (Ibnu Umar r.a.) melihat mimbar yang dinaiki Nabi Saw. seakan-akan bergerak-gerak dimulai dari bagian bawahnya, hingga aku mengira bahwa apakah mimbar akan terjatuh bersama Rasulullah Saw.
قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ سَيْفٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا عَبَّادٌ المنْقرَي، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ} حَتَّى بَلَغَ: {سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} ، فَقَالَ الْمِنْبَرُ هَكَذَا، فَجَاءَ وَذَهَبَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Saif, telah menceritakan kepada kami Abu Ali Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Abbad Al-Minqari, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. membaca ayat berikut di atas mimbar, yaitu firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) sampai dengan firman-Nya: Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67) Maka mimbar yang dinaiki oleh beliau Saw. itu bergerak sebanyak tiga kali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Al-Hafiz Abul Qasim alias ImamTabrani telah meriwayatkannya melalu hadis Ubaid ibnu Umair, dari Abdullah ibnu Amr r.a. dan Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini sahih.
ImamTabrani di dalam kitab Al-Mu jamui Kabir-nya mengatakan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُعَاوِيَةَ العُتْبي، حَدَّثَنَا حَيَّانُ بْنُ نَافِعِ بْنِ صَخْرِ بْنِ جُوَيْرِيَّةَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سَالِمٍ الْقَدَّاحُ، عَنْ مَعْمَرِ بْنِ الْحَسَنِ، عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْس، عَنْ أَبِي شَيْبَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ جَرِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم لِنَفِرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ: "إِنِّي قَارِئٌ عَلَيْكُمْ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الزُّمَرِ، فَمَنْ بَكَى مِنْكُمْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ"؟ فَقَرَأَهَا مِنْ عِنْدِ قَوْلِهِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ} ، إِلَى آخِرِ السُّورَةِ، فَمِنَّا مَنْ بَكَى، وَمِنَّا مَنْ لَمْ يَبْكِ، فَقَالَ الَّذِينَ لَمْ يَبْكُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ جَهِدْنَا أَنْ نَبْكِيَ فَلَمْ نَبْكِ؟ فَقَالَ: "إِنِّي سَأَقْرَؤُهَا عَلَيْكُمْ فَمَنْ لَمْ يَبْكِ فَلْيَتَبَاكَ".
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mu'awiyah Al-Atabi, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Nafi', dari Sakhr ibnu Juwairiyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Salim Al-Qaddah, dari Ma'mar ibnul Hasan, dari Bakr ibnu Khunais, dari Abu Syaibah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Jarir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada sejumlah orang dari sahabatnya: Sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian beberapa ayat dari akhir surat Az-Zumar, maka barang siapa di antara kalian yang menangis (karena mendengarnya), dipastikan baginya surga. Lalu Rasulullah Saw. membaca firman-Nya mulai dari: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) hingga akhir surat. Maka di antara kami ada yang menangis, ada pula yang tidak menangis. Lalu orang-orang yang tidak menangis berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah berusaha sekuat tenaga untuk menangis, tetapi tidak mau menangis juga." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku akan membacakannya kembali kepada kalian, maka barang siapa yang tidak dapat menangis, hendaklah ia berpura-pura menangis.
Hadis ini garib (aneh) sekali, dan lebih aneh lagi adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani pula di dalam kitab Mu’jamul Kabir­nya. Yaitu:
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مُرْثَد، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَمُ بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْحِ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أبي مالك الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: ثَلَاثُ خِلَالٍ غَيَّبتُهُنَّ عَنْ عِبَادِي، لَوْ رَآهُنَّ رَجُلٌ مَا عَمِلَ سُوءًا أَبَدًا: لَوْ كَشَفْتُ غِطَائِي فرآني حتى نستيقن وَيَعْلَمَ كَيْفَ أَفْعَلُ بِخَلْقِي إِذَا أَتَيْتُهُمْ، وَقَبَضْتُ السموات بِيَدِي، ثُمَّ قَبَضْتُ الْأَرْضَ وَالْأَرْضِينَ، ثُمَّ قُلْتُ: أَنَا الْمَلِكُ، مَنْ ذَا الَّذِي لَهُ الْمُلْكُ دُونِي؟ ثُمَّ أَرَيْتُهُمُ الْجَنَّةَ وَمَا أَعْدَدْتُ لَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ، فَيَسْتَيْقِنُوهَا. وَأُرِيهِمُ النَّارَ وَمَا أَعْدَدْتُ لَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ فَيَسْتَيْقِنُوهَا، وَلَكِنْ عَمْدًا غَيَّبْتُ ذَلِكَ عَنْهُمْ لِأَعْلَمَ كَيْفَ يَعْمَلُونَ، وَقَدْ بَيَّنْتُهُ لَهُمْ"
telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Murtsad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, "Ada tiga perkara yang sengaja Aku sembunyikan dari hamba-hamba-Ku; seandainya seseorang melihatnya, tentulah dia tidak akan melakukan suatu keburukan pun selamanya. Dan seandainya Aku singkapkan tabir penutup-Ku, lalu ia melihat-Ku, tentulah ia merasa yakin dan mengetahui bagaimana yang Aku lakukan terhadap makhluk-Ku. Yaitu ketika Aku datangkan mereka dan Aku genggam langit dengan tangan-Ku, kemudian Aku genggam pula bumi, lalu Aku berfirman, 'Akulah Raja, tiada yang memiliki kerajaan selain Aku.' Sekiranya Kuperlihatkan kepada mereka surga dan semua kebaikan yang telah Kusediakan buat mereka di dalamnya, maka barulah mereka meyakininya. Dan seandainya Aku perlihatkan kepada mereka neraka dan semua keburukan yang ada di dalamnya yang telah Kusediakan bagi mereka, maka barulah mereka meyakininya. Tetapi sengaja Aku menyembunyikan semuanya itu dari mereka agar Aku dapat mengetahui (secara nyata) apakah yang akan dikerjakan oleh mereka; dan Aku telah menjelaskannya kepada mereka.”
Sanad hadis ini mutaqarib (yang mempunyai banyak kemiripan) yang melaluinya sejumlah hadis yang cukup banyak diriwayatkan; hanya Allah­lah Yang Maha Mengetahui.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan, bahwa mereka (kaum musyrik) tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya bahkan mereka melakukan hal yang sebaliknya, yaitu menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang memiliki kekurangan baik pada sifat maupun perbuatannya (tidak mampu memberi manfaat, menimpakan bahaya, memberi, menghalangi, dsb.) seperti yang terjadi pada patung dan berhala. Mereka menyamakan makhluk yang memiliki kekurangan itu dengan Khaliq (Pencipta) yang memiliki kesempurnaan dan keagungan, dimana di antara keagungan-Nya adalah bahwa pada hari Kiamat bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya dan langit dengan keadaan yang luas dan besar akan digulung dengan Tangan Kanan-Nya. Namun demikian, orang-orang musyrik itu tidak mengagungkan-Nya dan berani menyekutukan-Nya. Di antara peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat, dan penghisaban setiap manusia terhadap amalnya.














2.Penjelasan Q.S. Az-zumar [39]:68
Ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Kemudian semua roh dicabut sehingga yang paling akhir mati adalah malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan Yang Mahakekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama yang tiada awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya, kemudian Dia berfirman:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16)
sebanyak tiga kali. Kemudian Allah Swt. menjawab sendiri pertanyaan­-Nya itu:
{لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
Yakni hanya Aku sematalah Yang mengalahkan segala sesuatu, dan Aku telah putuskan fana terhadap segala sesuatu. Kemudian Allah menghidupkan makhluk-Nya, dan yang mula-mula Dia hidupkan adalah Malaikat Israfil, lalu Dia memerintahkan kepadanya agar melakukan tiupan lain pada sangkakala, yaitu tiupan yang ketiga alias tiupan berbangkit. Allah Swt. telah berfirman:
{ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ}
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Az-Zumar: 68)
Yaitu mereka menjadi hidup kembali yang sebelumnya masih berupa tulang belulang yang telah hancur berantakan, lalu mereka menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi di hari kiamat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14)
{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}
yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhi­nya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ قَالَ: سمعت يَعْقُوبَ بْنَ عَاصِمِ بْنِ عُرْوَةَ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: إِنَّكَ تَقُولُ: السَّاعَةُ تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: لَقَدْ هَمَمْتُ أَلَّا أُحَدِّثَكُمْ شَيْئًا، إِنَّمَا قُلْتُ: سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ أَمْرًا عَظِيمًا. ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي، فَيَمْكُثُ فِيهِمْ أَرْبَعِينَ-لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً -فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ، فَيَظْهَرُ فَيُهْلِكُهُ اللَّهُ. ثُمَّ يَلْبَثُ النَّاسُ بَعْدَهُ سِنِينَ سَبْعًا لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ، فَلَا يَبْقَى أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ كَانَ فِي كَبِدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْ عَلَيْهِ". قَالَ: سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ، وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا". قَالَ: "فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِالْأَوْثَانِ فَيَعْبُدُونَهَا، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارَّةٌ أَرْزَاقُهُمْ، حَسَنٌ عَيْشُهُمْ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لَهُ، وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَهُ، فَيُصْعَقُ، ثُمَّ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا صُعِقَ. ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ -أَوْ: يُنْزِلُ اللَّهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ-أَوِ الظِّلُّ شَكَّ نُعْمَانُ -فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ: {وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ} [الصَّافَّاتِ:24] ، قَالَ: "ثُمَّ يُقَالُ: أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ". قَالَ: "فَيُقَالُ: كَمْ؟ فَيُقَالُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَيَوْمَئِذٍ تُبْعَثُ الْوِلْدَانُ شِيبًا، وَيَوْمَئِذٍ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ya'qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Amr r.a., "Sesungguhnya engkau mengatakan bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai ada anu dan anu." Abdullah ibnu Amr menjawab, "Sesungguhnya aku telah berniat tidak akan menceritakan kepada kalian sesuatu pun tentangnya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan hanyalah bahwa kelak tidak lama lagi kalian akan menyaksikan peristiwa yang besar." Kemudian Abdullah ibnu Amr r.a. melanjutkan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dajjal akan muncul di kalangan umatku dan tinggal di kalangan mereka selama empat puluh —perawi tidak ingat apakah yang dimaksud empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun, ataukah empat puluh malam— Lalu Allah Swt. mengirimkan Isa putra Maryam a.s. seakan-akan rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud As- Saqafi, lalu Isa mengalahkan Dajjal dan Allah Swt. membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun sesudah Isa, tanpa ada suatu persengketaan pun di antara dua orang. Kemudian Allah mengirimkan suatu angin yang sejuk dari arah Syam, maka tiada seorang pun yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar zarrah pun melainkan angin itu mencabut nyawanya. Hingga sekalipun seseorang dari mereka sedang berada di dalam sebuah gunung, niscaya angin itu menyusup ke dalamnya dan mengenainya. Abdullah ibnu Amr menegaskan bahwa ia mendengarnya dari Rasulullah Saw., lalu ia melanjutkan: Dan yang tertinggal adalah orang-orang yang jahat saja, gerakan mereka sangat ringan seperti burung dan pikiran mereka seperti serigala; mereka tidak mengenal hal yang makruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar. Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Maka setan menampakkan dirinya kepada mereka, lalu berkata, "Ingatlah, kalian harus mengikuti perintahku!" Lalu setan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala, maka mereka menyembahnya. Sedangkan mereka yang dalam keadaan demikian itu rezeki mereka berlimpah dan penghidupan mereka membaik. Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan langsung mati saat itu juga dalam keadaan apa pun. Dan mula-mula orang yang mendengarnya adalah seorang lelaki yang sedang memlester kolamnya, maka ia mati. Dan tiada seorang pun melainkan mati. Kemudian Allah Swt. mengirimkan atau menurunkan hujan yang rintik-rintik atau hujan lebat —An-Nu'man alias perawi ragu—. Maka muncullah karenanya jasad-jasad manusia. Kemudian sangkakala ditiup lagi, maka dengan serta merta mereka berdiri melihat. Kemudian dikatakan, "Hai manusia, kemarilah kalian menghadap kepada Tuhan kalian, dan berhentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawabannya." Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Kemudian dikatakan (kepada para malaikat), "Bangkitkanlah golongan orang-orang yang masuk neraka!" Ditanyakan, "Berapa jumlah mereka?” Dijawab, "Dari setiap seribu orang adalah sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang.” Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan beruban, dan pada hari itu betis disingkapkan.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).
Hadis Abu Hurairah r.a.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ". قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أبي، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، وَيَبْلَى كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الْإِنْسَانِ إِلَّا عَجْبُ ذَنَبِهِ فِيهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Gayyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tenggang masa di antara dua tiupan adalah empat puluh. Mereka bertanya, "Hai Abu Hurairah, apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab, "Saya tidak mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Apakah empat puluh tahun?" Abu Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Hai Abu Hurairah, apakah empat puluh bulan?" Abu Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya. Dan segala sesuatu dari manusia itu hancur kecuali tulang ekornya, karena darinya manusia diciptakan kembali."
قَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ جِبْرِيلَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ} مَنِ الَّذِينَ لَمْ يَشَأِ اللَّهُ أَنْ يَصْعَقَهُمْ؟ قَالَ: هُمُ الشُّهَدَاءُ، مُقَلِّدُونَ أَسْيَافَهُمْ حَوْلَ عَرْشِهِ، تَتَلَقَّاهُمْ مَلَائِكَةُ يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلَى الْمَحْشَرِ بِنَجَائِبَ مِنْ يَاقُوتٍ نِمَارُهَا أَلْيَنُ مِنَ الْحَرِيرِ، مَدُّ خُطَاهَا مَدُّ أَبْصَارِ الرِّجَالِ، يَسِيرُونَ فِي الْجَنَّةِ يَقُولُونَ عِنْدَ طُولِ النُّزْهَةِ: انْطَلَقُوا بِنَا إِلَى رَبِّنَا، عَزَّ وَجَلَّ، لِنَنْظُرَ كَيْفَ يَقْضِي بَيْنَ خَلْقِهِ، يَضْحَكُ إِلَيْهِمْ إِلَهِي، وَإِذَا ضَحِكَ إِلَى عَبْدٍ فِي مَوْطِنٍ فلا حساب عليه".
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Umar ibnu Muhammad, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda bahwa beliau pernah bertanya kepada Jibril a.s. tentang firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam ayat ini bahwa mereka tidak mati? Maka Jibril a.s. menjawab: Mereka adalah para syuhada yang menyandang pedang-pedang mereka berada di sekitar 'Arasy; para malaikat menjemput mereka pada hari kiamat untuk dibawa ke padang mahsyar dengan unta kendaraan dari Yaqut yang pelarianya lebih lembut daripada kain sutra, panjang langkahnya sama dengan sejauh jarak mata memandang; mereka berjalan di dalam surga seraya mengatakan dalam pesiarnya itu, "Marilah kita berangkat menuju kepada Tuhan kita, kita akan menyaksi­kan bagaimana Tuhan kita memutuskan perkara di antara makhluk-Nya.” Tuhanku tertawa (rida) kepada mereka; dan apabila Tuhanku rida kepada seseorang hamba di suatu tempat, maka tidak ada hisab (perhitungan amal perbuatan) baginya.
Semua perawi hadis ini berpredikat siqah kecuali gurunya Ismail ibnu Iyasy, karena orangnya tidak dikenal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menakut-nakuti mereka dengan keagungan-Nya, maka Dia menakut-nakuti mereka dengan keadaan pada hari Kiamat, mentargib (memberikan dorongan) dan mentarhib mereka (menakut-nakuti).
Sangkakala adalah qarn (tanduk) yang besar, tidak ada yang mengetahui besarnya kecuali Penciptanya dan makhluk yang diberitahukan Allah, lalu malaikat Israfil alaihis salam meniupnya. Ia adalah salah satu malaikat yang didekatkan, salah satu malaikat pemikul Arsy. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Karena begitu keras dan dahsyat suara itu.
Yaitu orang-orang yang diteguhkan Allah saat ditiup sangkakala sehingga tidak mati.
Yaitu tiupan kebangkitan.
Dalam keadaan sudah sempurna fisiknya bersama ruhnya yang sebelumnya sebagai tulang belulang.












Kesimpulan
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan semestinya padahal bumi berada dalam KendaliNya pada Hari Kebangkitan serta langit digulung dengan Tangan kananNya, Dipermuliakanlah Tuhan serta Diluhurkan Dia dibanding apapun yang mereka persekutukan,
Tatkala sangkakala ditiup, maka segala yang berada di langit maupun di bumi akan lenyap selain hal yang Allah kehendaki, kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi sehingga tiba-tiba mereka bangun menanti; sehingga terang benderanglah bumi karena cahaya Tuhannya; kemudian diserahkan suatu Kitab serta dihadirkan para nabi juga para saksi sehingga diri mereka diperkarakan secara adil, sedang mereka tidak diperlakukan sewenang-wenang supaya digenapkan untuk setiap jiwa atas hal-hal yang telah ia usahakan, sungguh Dialah Yang Maha Memahami perkara yang mereka usahakan; orang-orang kafir digiring ke Jahanam secara bergolong-golongan, di saat mereka sampai ke Neraka dibukakan gerbang-gerbangnya lalu pengawas-pengawas mereka mengatakan: "Apakah belum pernah datang kepada kalian; para Utusan di antara kalian yang menyampaikan ayat-ayat Tuhan kalian kepada kalian maupun memperingatkan kepada kalian mengenai Pertemuan tentang Hari kalian?" mereka mengatakan: "Benar", tetapi telah pasti diberlakukan ketetapan Malapetaka terhadap golongan kafir, diserukan: "Masukilah gerbang-gerbang Jahanam itu, bahwa kalian disana selamanya" maka Jahanam itulah kediaman terburuk untuk golongan yang menyombongkan diri.
Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka dituntun ke dalam Surga secara bergolong-golongan pula maka ketika mereka sampai ke Surga itu, sedang pintu-pintunya terbuka sehingga penjaga-penjaganya mengucap kepada mereka: "Kesejahteraan untuk kalian, berbahagialah! bahwa kalian memasuki Surga ini serta kalian tinggal disana selamanya" kemudian mereka mengucapkan: "Terpujilah Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami serta yang telah mewariskan negeri ini untuk kami sehingga kami menempati Surga yang kami kehendaki; maka Surga merupakan upah terbaik untuk orang-orang yang bekerja" serta kamu akan melihat para malaikat mengitari Arsy, seraya memuliakan sambil memuja-muji Tuhan mereka; kemudian diberi putusan terhadap hamba-hamba Allah berdasar Kebenaran serta diucapkan: "Terpujilah Allah, Tuhannya semesta alam". 
Allah Telah membuat tanda tanda datangnya Hari Kiamat melalui surah Az-zumar ayat 67-68. Hari kiamat terjadi karena perbuatan manusia yang tidak mengagungkan Allah, Sehingga Allah murka. Allah SWT. Akan medatangkan Hari Kiamat di kemudian hari. Allah juga membuat tanda tanda Hari Kiamat melalui Surah Az-Zumar, salah satunya adalah ditiupnya sangkakala merupakan tanda terbesar terjadinya Hari Kiamat. Surat ini merupakan Peringatan yang besar bagi umat manusia agar manusia taat kepada Allah. orang-orang musyrik itu tidak menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya karena mereka telah menyembah selain-Nya bersama Dia. Padahal Allah Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya, lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang memiliki (menguasai) segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berada di bawah takdir dan kekuasaan-Nya. tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu.
Kemudian semua roh dicabut sehingga yang paling akhir mati adalah malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan Yang Mahakekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama yang tiada awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya
Di dalam Al Qur'an, Allah menyatakan bahwa Dia telah memberikan berbagai mukjizat kepada nabinabi. Ketika Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya, misalnya, tongkat itu berubah menjadi ular dan ketika dia memukul laut dengan tongkatnya, laut itu terbagi menjadi dua, meninggalkan sebuah jalan kering di tengahnya. Nabi ‘Isa AS datang ke dunia tanpa seorang ayah dan berbicara sewaktu dia masih berada dalam buaian. Mukjizat lainnya adalah cara dia mampu menyembuhkan orang sakit .... Seluruh mukjizat adalah dukungan dan bantuan yang diberikan kepada para nabi tersebut, atas kehendak Allah, untuk meyakinkan masyarakat dan menuntun untuk mengimani para nabi. Allah menolong Nabi Muhammad SAW melalui mukjizat di dalam Al Qur’an dan dengan informasi yang diberikan kepadanya mengenai berbagai hal yang tidak diketahui. Rasulullah memberikan keterangan yang mendalam tentang apa yang akan terjadi dalam waktu dekat dan akan datang. Melihat hal ini benar-benar terjadi menjadi sarana penambah kegembiraan orang-orang beriman dan membuat panas hati orang-orang kafir atas Islam. Berbagai peristiwa yang tidak mungkin terjadi pada masanya sendiri, dan tidak seorang pun bahkan dapat membayangkan, dan justru terjadi saat ini satu per satu, merupakan bukti nyata bahwa Nabi SAW telah menyampaikan sabda tentang pengetahuan yang khusus. Kita harus tegaskan bahwa mereka yang menolak untuk dituntun ke arah jalan yang benar akan menolak untuk beriman, walaupun ada bukti yang jelas dan mukjizat Rasulullah SAW dan Al Qur’an
Allah swt. menciptakan alam lain yang disebutnya Alam Akhirat. Di situlah makhluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi setelah mereka mati, ruhnya dikembalikan dalam tubuhnya dan dengan demikian mereka akan mengalami kehidupan yang kedua kalinya. Setelah dibangkitkan (diba'ats) lalu setiap jiwa akan dihisab (dipertunjukkan) seluruh amal yang berupa kebaikan dan krluirukan, maka barang siapa yang kebaikannya melebihi keburukannya, tentunya oleh Allah Ta'ala akan dimasukkan dalam surga, sedang barang siapa yang keburukannya lebih banyak dari kebaikannya, maka akan dimasukkan ke dalam neraka. Keadaan pada hari kiamat itu penuh bahaya dan krsengsaraan yang mengerikan, kecuali bagi orang yang brriman. Keadaan yang sangat berbahaya itu (pada hari kiamat) wajib kita imani, artinya percaya bahwa akan terjadi keadaan yang demikian itu, kemudian sadar akan tergugah hatinya mengerjakan iman, ibadah dan amal saleh. Iman dan amal saleh itulah penyebab utama bagi keselamatan orang dari bahaya-bahaya yang dahsyat pada hari kiamat dan dari siksa neraka. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti atau tidak mau mengerti dan tidak percaya, ada juga yang mendustakan sama sekali. Atau ada pula kepercayaannya setengah-setengah, terbukti dengan adanya perbuatan-perbuatan mereka yang menjurus ke arah perbuatan menurutkan kemauan nafsunya, bahkan berani melanggar larangan-larangan dan meninggalkan yang wajib, tidak mau bersiap-siap untuk bekalnya di akhirat dan bekal untuk bepergian yang amat jauh menempuh perjalanan beribu-ribu tahun, yang akan berakhir di tempat yang menguntungkan dan menggembirakan ialah surga dan mungkin sampai di tempat yang berbahaya ialah Neraka Jahanam. 

Adapun sebab-sebabnya manusia kurang atau tidak percaya adanya hari kiamat itu, karena di dunia ini tidak ada contoh-contoh yang sama dengan keadaan di akhirat. Seumpama di dunia ini tidak ada bukti-bukti yang nyata yaitu lahirnya bayi atau anak binatang dari perut ibunya atau induk semangnya, kemudian dikatakan bahwa di sana ada Dzat Yang Maha Kuasa yang membuat keadaan semacam itu, niscaya manusia lebih membohongkan daya hari kiamat. Allah berfirman dalam surat Al-Qiyämah (75) ayat 36 - 40 yang berbunyi:

Artinya: "Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" 

Percaya kepada hari akhir merupakan salah satu rukun atau sendi dari rukun iman, akar dan merupakan bagian pokok dari aqidah, bahkan sebagai unsur terpenting di samping kepercayaan kepada Allah Ta'ala. 

Yang demikian itu sebabnya ialah karena percaya kepada Allah Ta'ala akan dapat meyakinkan sumber pertama yang dari padanya itulah timbul segala yang ada di alam semesta ini, sedang percaya kepada hari kiamat akan dapat meyakinkan bagaimana kejadian yang terakhir bagi segenap makhluk yang pernah ada. 

Dari surah Az-Zumar ayat 67-68 dapat diambil pelajaran sebagai berikut:
1.     Al-Quran adalah petunjuk yang paling sempurna bagi manusia.
2.     Setiap makhluk akan mati dan di akhirat akan dihisab tentang amalan-amalannya.

3.     Sekalipun manusia itu banyak dosanya, dilarang berputus-asa terhadap rahmat Allah.

Komentar........

Lebih baru Lebih lama